Minggu, 01 Juni 2008

Aset (Harta) Terbesar Kita Ada di JBE !


Oleh:
Seorang Warga Yang Peduli Lingkungan – JBE, Juni 2008

Sekitar 1,5 tahun terakhir ini, pembicaraan mengenai lingkungan di JBE mendapat perhatian yang mendalam terutama sejak lingkungan kita ini mendapat banjir cukup besar di awal Februari 2007. Agar tidak salah persepsi, yang dimaksud banjir disini adalah banjir akibat hujan sehingga air menggenangi daerah T-Boulevard kira-kira setinggi satu meter, sehingga sebagian rumah warga yang berada berada didaerah tersebut, terutama daerah Taman Burung, baik halaman rumah maupun bagian dalam rumah, tergenangi air. Banjir terjadi mulai malam hari, kemudian surut sebentar sekitar jam 4 pagi subuh. Namun karena hujan terjadi lagi pada pagi harinya, maka banjir kembali terjadi sekitar pukul 10 pagi. Seingat saya, ini adalah banjir besar kedua yang melanda daerah kita dalam kurun 5 tahun terakhir ini.

Walaupun kebetulan rumah saya tidak terletak di daerah T-Boulevard tersebut, sehingga air tidak masuk ke jalan tempat rumah saya tinggal, namun saya tentu sangat bersedih karena lingkungan dan sebagian rumah Warga lainnya terkena dampak langsung atas banjir tersebut. Maka sejak saat itulah saya mulai meng-kampanyekan Peduli Lingkungan kepada fungsionaris RW dan RT–RT dan warga-warga peduli lainnya.

Terlepas dari masalah banjir diatas, pada saat itu saya juga dikhawatirkan oleh semakin redupnya kepedulian terhadap lingkungan di JBE. Sebagai contoh, sampah banyak bertebaran di T-Boulevard, pedagang Kaki Lima mangkal seenaknya dan menimbulkan pemandangan kurang nyaman (dibagian pintu masuk utama dan muka JBE tampak seperti ”Shanty-Town”), jalanan rusak dan berlubang, waduk penampungan air di Blok H sudah tertutup + 40% dengan tanah yang sudah mengeras – karena hampir tidak dirawat selama 15 tahun berdirinya JBE ini; dan lain-lainnya. (Catatan: saat ini Warung-warung yang mangkal di dekat Lapangan Tenis dan sebagian Warung di Ujung RT 12 sudah tidak mangkal lagi).

Kondisi lingkungan tersebut, terus terang, membuat saya malu untuk kembali mengundang keluarga maupun relasi saya lainnya untuk datang ke rumah misalnya untuk arisan keluarga, buka puasa bersama dan acara-acara lainnya. Sebelumnya, kami sekeluarga cukup aktif mengadakan acara-acara keluarga di tempat kami. Diluaran, cukup banyak teman dan keluarga juga mendengar bahwa JBE kebanjiran, yang membuat kuping saya terasa panas dan tentu saja saya memberikan jawaban”asbun” – atas klaim tersebut, pokoknya JBE tidak kebanjiran, titik.

Saya berpikir, jika kondisi ini dibiarkan terus, atau Warga terus apatis terhadap lingkungannya, maka akan seperti apa jadinya kira-kira JBE dalam 5 – 10 tahun mendatang? Mungkin JBE sudah menjadi setengah tenggelam (saya ingin mengingatkan bahwa secara geografis, lokasi perumahan JBE berada dibawah permukaan jalan-jalan utama (yaitu Jalan Ratna dan Jalan Cempaka), jalanan berkubang (bukan berlubang-lubang lagi), pedagang kaki lima semakin banyak mangkal dan menutupi ruang terbuka hijau, dan sampah semakin banyak bertebaran dan menumpuk serta waduknya sudah menjadi bukit, lalat semakin banyak sehingga dapat mengganggu kesehatan. Saya, sebagai salah seorang warga peduli dan sebagai seorang Kepala Keluarga, sangat tidak ingin melihat bayangan tersebut menjadi kenyataan, karena dampaknya yang sangat luas bagi Warga, terutama dampaknya secara ekonomi !

Mengapa? Sebagai kepala keluarga (walau istri saya juga bekerja), saya tidak ingin rumah atau harta saya yang kami dapatkan dengan jerih payah bekerja selama ini menjadi sia-sia dan tidak ”bernilai” dikemudian hari. Aset atau rumah saya kan menjadi tidak bernilai karena kondisi lingkungan yang sangat buruk, sehingga aset (rumah) kita menjadi tidak dapat diwariskan kepada anak cucu kita dikemudian hari. Saya tidak ingin hal itu terjadi, dan tentuya demikian pula dengan Warga lainnya. Padahal, saya yakin, bahwa aset terbesar warga JBE adalah rumahnya sendiri yang di JBE ! Walaupun mungkin ada Warga yang memiliki rumah (aset) di lokasi lain, tapi kenyataan yang sulit dipungkiri adalah bahwa rumah di JBE yang kita tempati ini tentu merupakan salah satu aset yang penting bagi masing2 warga. Karena rumah kita merupakan aset terbesat kita, maka kita wajib memeliharanya. Karena Lingkungan adalah Halaman rumah kita juga, maka seyogyanya kita juga wajib memeliharanya.

Dalam pengamatan saya, ternyata nilai aset (rumah) di JBE masih sama dengan nilainya beberapa tahun yg lalu (± 4 tahun lalu); yaitu masih sekitar 1.5 - 2 jt per meter. Padahal pasar properti secara umum di Jabotabek dalam setahun terakhir ini sudah rebound, yaitu dengan turunnya dan stabilnya suku bunga KPR di level 10 – 11%. Disamping itu, ada indikasi pula bahwa aset (rumah) di lingkungan JBE sulit dilepas. Sebagai contoh nyata adalah ada salah seorang warga JBE yang tinggalnya di lingkungan RT yang relatif baik (artinya tidak terkena banjir, jalannya masih baik, ada lapangan olah raganya, relatif nyaman dan tidak berisik), sudah mencoba untuk menjualnya dalam 5 (lima) bulan terakhir ini, namun belum berhasil. Karena lingkungan, bentuk dan kondisi rumah tersebut masih terbilang relatif bagus, maka harga yang dipatok adalah sekitar Rp. 2.5 – 3 juta per meter. Namun hal tersebut ternyata juga masih sulit direalisasikan. Saya pribadi berdoa (dan juga bertindak) agar Warga tersebut dapat segera merealisasikan penjualan rumahnya. Contoh tersebut juga menunjukkan bahwa JBE ternyata belum menjadi lirikan banyak orang sebagai daerah tempat tinggalnya. Hal ini juga berarti bahwa aset (rumah) belum bisa menjadi tumpuan, apabila kita sedang memerlukannya untuk kebutuhan dana tunai misalnya. Padahal rumah kita ini merupakan aset terbesar bagi sebagian besar warga JBE.

Berdasarkan uraian-uraian diatas, maka saya ingin mengajak Warga-warga JBE lainnya untuk lebih meningkatkan semangat / komitmen kepedulian terhadap lingkungannya, yaitu dengan membangun dan yang paling penting adalah memelihara atau merawat lingkungan kita sebagaimana kita merawat rumah kita, sehingga tercipta lingkungan JBE yang Bersih, Indah dan Nyaman serta Lingkungan yang dapat menjadi kebanggaan bagi Warga yang tinggal didalamnya.

Masih banyak pekerjaan-pekerjaan lingkungan yang perlu kita lakukan untuk mencapai tujuan diatas (Bersih, Indah, Nyaman) antara lain:

  • Membangun lingkungan (artinyanya kita perlu memperbaiki jalan2 yang sudah rusak, menggali waduk, membeli pompa untuk sedot air dari waduk jika terjadi hujan lebat, menaman pohon yang rindang dan indah di setiap ruang terbuka hijau, serta membangun Gapura di pintu masuk);
  • Memelihara lingkungan (artinya, mengeruk kali di jalan utama minimal 2X dalam setahun agar air mengalir selalu lancar (walaupun letak permukaan JBE berada dibawah jalan-jalan utama dan perumahan lainnya, maka jika kita tetap memelihara kelancaran air mengalir di kali dan waduk, maka kita akan selalu dapat mencegah bencana banjir), kemudian, selalu menjaga kebersihan dengan membuang sampah pada kantong sampah, sehingga sampah tidak berceceran dan lalat tidak banyak, serta tidak membuang sampah ke kali ataupun waduk, dan memelihara dengan teratur atas segala sesuatu yang sudah kita bangun).

Tentu saja akan banyak hal-hal lainnya yang masih harus dikerjakan, dan masih banyak Warga yang akan memberikan sumbangan pemikiran dan keringatnya untuk memelihara Lingkungan JBE. Namun, secara minimal jika hal-hal diatas dilakukan oleh seluruh Warga dengan rutin dan dengan kesungguhan hati, maka Lingkungan JBE akan selalu Bersih (24 jam !), Indah dan Nyaman dan dapat Dibanggakan. Selamat Bekerja dan Berkarya bagi Keluarga dan Lingkungan JBE !

Tidak ada komentar: