Kamis, 07 Agustus 2008

PELETAKAN BATU PERTAMA GAPURA JBE


Oleh: Dodi Prawira

Minggu, 6 Juli 2008

Alhamdullilah, akhirnya terlaksana juga peletakan batu pertama pembangunan gapura JBE oleh Bpk Walikota Bekasi, H. Mochtar Muhammad yang dihadiri juga oleh jajarannya Bpk. Camat Pondok Gede, Bpk. Lurah Jatibening, Bpk. Ketua RW 12, Nurzirwan Irwan, sejumlah tokoh masyarakat JBE dan warga JBE tentunya. Persiapan acara ±12 hari sebelumnya sudah disiapkan dengan matang, namun demikian masih banyak sekali kekurangan2nya, harap maklum bahwa semuanya masih amatiran dan yang ada dalam benak kita semua hanya kerja sukarela saja untuk kepentingan semua warga JBE.

Awalnya, pengurus sempat khawatir, krn sampai dengan pukul 08:45, bangku2 (yg disiapkan sejumlah 75 buah) baru terisi setengahnya dan itupun kebanyakan yg datang dari luar JBE, misalnya Pak Camat, Pak Lurah, dan polisi serta jajarannya. Warga sendiri belum banyak yg datang, kecuali pengurus dan panitia (termasuk ibu2 PKK). Hal yang Kami lakukan pada waktu itu adalah menelpon kilat, agar beberapa warga bisa datang ke lokasi sesegera mungkin, sebab kami sangat khawatir bangku yang sudah disiapkan akan kosong-melompong, sementara pejabat yang datang adalah setingkat Walikota.

Padahal undangan per-RT, per-surat, per-sms, bahkan dikirim secara langsung ke rumah warga dan juga termasuk pemasangan spanduk2 sudah disiapkan, dengan harapan sesuai rencana semula menginginkan agar warga lebih banyak dating, namun itulah hasil maksimalnya.

Pak Walikota merupakan sponsor utama dalam proyek ini, sementara warga JBE-nya yg disumbangnya kurang antusias terhadap acara ini, sehingga pada saat itu kami benar2 prihatin dgn kebersamaan waga JBE. Namun demikian masih untung mulai jam 09:00, beberapa warga mulai datang, shg bangku2 sudah mulai terisi penuh semua. Keruntungan masih berpihak pada kami, karena Bpk Walikota datangnya juga terlambat, kira2 jam 10:00 (seharusnya sesuai acara jam 09:00 pagi), shg persiapan bisa menjadi maksimal.

Ada kejadian lucu, sesuai daftar acara urutan pidato pertama adalah Bpk RW, kedua Pak Syofar (mewakili warga JBE) dan terakhir oleh Bpk Walikota. Pak RW dan Pak Syofar berpidato di podium dengan menggunakan microphone wireless, semuanya berjalan dengan lancar, namun pada saat Pak Syofar berpidato sudah ada tanda2 batereinya akan habis.

kami khawatir sejak Pak Syofar berpidato, nanti jangan2 ketika Bpk Walikota bicara baterainya habis, dan kekhawatiran kami akhirnya terbukti, baru 4 menit Bpk Walikota tampil di podium dan lagi hangat2nya menyampaikan pidato, baterai microphone yg digunakan sudah habis, sementara Pak Walikota celengak-celinguk ngak ngerti mau ngapain dan panitia juga bingung. Kami langsung ambil inisiatif kabur ke indomaret untuk membeli baterai, dan setelah kami balik kembali ternyata Pak Walikota sudah menggunakan microphone moderator (yg menggunakan kabel).

Padahal pidato Pak Walikota sangat sederhana, artinya sangat relevan dan to the point dengan kondisi umum warga JBE, bahkan pidatonya seringkali mendapat applaus dan pujian dari warga, krn Pak Walikota saat itu sangat santai dan gaya bicaranya sangat enak juga didenger.

Kami sangat sedih saat itu lupa mengganti baterei microphone, shg pidato Pak Walikota agak terganggu sedikit yang berakibat Pak Walikota menggunakan microphone yg menggunakan kabel dan dengan sangat terpaksa pindah tempat, semula di podium pindah ke dekat speaker yang agak bising, krn kabelnya tidak cukup panjang.

Pak RW dan Pak Syofar dapat berpidato di Podium, sementara pejabatnya Pak Walikota berpidato disamping MC, namun demikian masih beruntung lagi karena berpidato dekat dengan rakyatnya, bahkan MC acara kita, bu Budi, yang tadinya sangat formal, berubah jadi "merakyat" juga dan ikut2an bercanda dengan Pak Walikota.

Catatan yang didapat setelah acara selesai, kami sempat bertanya kepada warga, bagaimana kesannya thd Pak Walikota dan umumnya warga merasa puas dan bahkan bila perlu dilanjutkan terus karena sangat berguna bagi warga.

Sebagai catatan Pak Walikota berpesan, pada acara peresmian gapura nantinya beliau minta diundang kembali dan juga diundang sekalian pada acara agustusan. Bahkan beliau minta agar artis2 yang ada di JBE untuk hadir meramaikan acara 17 agustusan dan beliau berjanji akan menyumbang bandnya (beliau menyinggung ttg artis2 di JBE, krn dalam pidato sebelumnya, pak RW sempat mengatakan bhw di JBE banyak tinggal pejabat pemerintah, swasta, artis dan bahkan politikus).

Acara peletakan batu pertama berakhir diteruskan dengan peninjauan “waduk” yang terletak di wilayah Blok H. Beliau sangat prihatin melihat kondisi waduk JBE yang berfungsi sebagai pengendali banjir. Beliau juga berdialog dengan Pak Camat, info yang didapat Pak Camat akan menyanggupi untuk membantu dalam urusan pengedukan waduk tersebut.

Catatan lagi buat warga JBE, selain sukses acara peletakan batu pertama gapura, panitia dalam hal ini pengurus RW bisa meyakinkan Pak Walikota untuk membantu secara langsung mengenai biaya pengedukan waduk.

ANGGARAN GAPURA JBE

Informasi yang disampaikan oleh Pak RW, Nurzirwan Irwan via milis JBE tanggal *** Juli 2008, bahwa biaya total gapura sbb:

Anggaran Gapura Rp. 100.000.000

Dana Dari Walikota Rp. 50.000.000

Dana stimulan Kecamatan Rp. 15.000.000

------------------------------------------------------- +

Total Penerimaan Rp. 65.000.000

Kekurangan dana Rp. 35.000.000 (-)

Disampaikan juga oleh beliau bahwa kekurangan ini mungkin akan dibayarkan oleh Pak Pramono, Pemborong Pak Tri warga RT 10, arsitek Pak Tri Laksana, Pengawas Projek Pak Themi, Pak Ditan dan Pak Agung Baskoro serta bantuan warga dengan sukarela.

Namun demikian kami ingin menambahkan apa yg disampaikan oleh Pak RW, bahwa biaya total gapura sudah termasuk pembuatan dinding dan taman kira2 Rp. 100 juta. Sementara dana yang ada baru Rp. 50 jt + Rp. 15 jt = Rp. 65 jt, maka usulan kami agar pekerjaan pembuatan pagar dinding (dgn tetangga sebelah) dan taman ditunda, selesaikan gapuranya terlebih dahulu, shg biayanya sekitar Rp85 jt dan kekuranggannya kira2 Rp. 20 jt lagi.

Kekurangan ini pengurus belum menetapkan cara2 pengumpulannya, namun kira2 sudah ada strateginya, yaitu kembali lagi ke Pak Pramono dan Pak Walikota (sesuai janji awal Pak Pramono dan seperti yang telah disampaikan oleh Pak RW di atas). Kemudian seandainya masih kurang juga, ya terpaksa warga harus urunan plus urunan untuk biaya pengedukan waduk, krn harus dikerjakan sebelum musin hujan datang, kalau ngak yaa banjir lagi … banjir lagi …

Sebagai catatan lagi, Pak Walikota juga bersedia membantu agar surat kita ke Jasa Marga segera ditanggapi, yaitu perihal semakin dangkalnya saluran air dibawah jalan tol (tempat keluarnya saluran air dari waduk kita di blok H agar air selanjutnya bisa mengalir ke kali malang) dan tempat bermuaranya saluran air dari perumahan2 lainnya, shg saluran air tsb yg dibawah jalan tol harus dikeduk atau diperbesar. Disamping itu, dgn adanya jalan tol Cikunir, maka saluran air lainnya yg di bawah jalan tol yg terletak di sisi timur dari beberapa laporan RW lainnya, sehingga kapisitas saluran menjadi tinggal setengahnya, yang mengakibatnya limpahan air dari RW-RW lainnya yg terletak di sisi barat, datang ke saluran yg dekat dgn perumahan kita (dekat waduk). Dan complain kita terhadap Jasa Marga utk mau mengeduk atau memperbesar saluran air mudah2an terealisasikan, aminnnn. (Foto Pak Muher, Pak Yusuf Hidayat dan Ibu Anna Yusuf)

Tidak ada komentar: